"Seharusnya SAR melibatkan masyarakat setempat, karena tahu medan. Itu yang penting, dan kedua harus tahu sejarahnya," kata warga bernama Kirun (32), saat ditemui di sekitar posko Embrio, Desa Cipelang, Cijeruk, Bogor, Jawa Barat.
Kirun memperkirakan, pesawat ada di sekitar Puncak Manik, salah satu puncak di gunung itu. Medan menuju lokasi memang berbatu, dipenuhi pohon besar dengan akar-akar besar.
"Ke Puncak Manik enam jam dan jalannya merayap di tebing. Sangat sulit kalau tidak ada yang buka jalan ke sana. Tidak bisa langsung kembali, karena siang saja kabut sudah turun," katanya.
Warga Cigombong bernama Dedi, yang sempat ikut memandu tim SAR juga ikut meyakini bahwa jalur menuju lokasi pesawat jatuh memang sulit didekati. Banyak pendaki sering hilang di saat menuju kawasan itu.
"Soal mistik memang selalu ada. Biasanya banyak yang tersesat di kawasan itu," kata Dedi.
Sementara itu, Kepala Humas Badan SAR Nasional, Gagah Prakoso, memastikan bahwa tim penyelamat sudah sampai di bagian bawah lereng lokasi tempat pesawat jatuh. Tapi, untuk menuju ke bagian puncak lereng dibutuhkan waktu yang cukup lama dan tidak semua tim penyelamat dapat mendekat.
Tim gabungan yang terdiri atas unsur TNI, Polri, relawan, mahasiswa, Badan SAR Nasional, Kemensos, Tagana, PMI, Kemenkes, dan masyarakat, terus bekerja mempersiapkan proses evakuasi yang akan dibagi menjadi tiga tahap, karena korban tidak bisa langsung dibawa ke luar hutan.
"Tim Alpha terdiri atas 72 orang, tim Bravo 13 orang, Charlie 225, dan Delta sebanyak 176 orang," katanya. (art)
Thanks to : VIVAnews
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar
Budayakan Komentar setelah membaca..!!!
No Spamm, Junk dll. Gunakan Kata2 yg Baik...